Selasa, 13 Desember 2011

perahu pinisi, bulukumba

A. Selayang PandangPerahu Pinisi 1

Sejak  dahulu, suku Bugis di Sulawesi Selatan terkenal sebagai pelaut yang ulung. Mereka sangat piawai dalam mengarungi lautan dan samudera luas hingga ke berbagai kawasan di Nusantara dengan menggunakan perahu Pinisi.
Perahu  Pinisi termasuk alat transportasi laut tradisional masyarakat Bugis yang sudah  terkenal sejak berabad-abad yang lalu. Menurut cerita di dalam naskah Lontarak  I Babad La Lagaligo, Perahu Pinisi sudah ada sekitar abad ke-14 M. Menurut  naskah tersebut, Perahu Pinisi pertama kali dibuat oleh Sawerigading, Putra  Mahkota Kerajaan Luwu. Bahan untuk membuat perahu tersebut diambil dari pohon welengreng (pohon dewata) yang terkenal sangat kokoh dan tidak mudah rapuh. Namun, sebelum  pohon itu ditebang, terlebih dahulu dilaksanakan upacara khusus agar  penunggunya bersedia pindah ke pohon lainnya. Sawerigading membuat perahu tersebut  untuk berlayar menuju negeri Tiongkok hendak meminang Putri Tiongkok yang  bernama We Cudai.
Singkat  cerita, Sawerigading berhasil memperistri Puteri We Cudai. Setelah beberapa lama  tinggal di Tiongkok, Sawerigading rindu kepada kampung halamannya. Dengan  menggunakan perahunya yang dulu, ia berlayar ke Luwu. Namun, ketika perahunya  akan memasuki pantai Luwu, tiba-tiba gelombang besar menghantam perahunya  hingga pecah. Pecahan-pecahan perahunya terdampar ke 3 (tiga) tempat di wilayah  Kabupaten Bulukumba, yaitu di Kelurahan Ara, Tana Beru, dan Lemo-lemo. Oleh  masyarakat dari ketiga kelurahan tersebut, bagian-bagian perahu itu kemudian dirakit kembali menjadi sebuah perahu yang megah dan dinamakan Perahu Pinisi.
Hingga  saat ini, Kabupaten Bulukumba masih dikenal sebagai produsen Perahu Pinisi, dimana para pengrajinnya tetap mempertahankan tradisi dalam pembuatan perahu tersebut,  terutama di Keluharan Tana Beru.

B. Keistimewaan

Ketika  berada di Pusat Kerajinan Perahu Pinisi di Tana Beru, para pengunjung akan  berdecak kagum melihat kepiawaian para pengrajinnya membuat Perahu Pinisi.  Mereka mampu membuat perahu yang sangat kokoh dan megah hanya berdasarkan pada  pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari nenek moyang mereka, tanpa  menggunakan gambar atau kepustakaan tertulis. Sejarah membuktikan bahwa Perahu Pinisi  Nusantara telah berhasil berlayar ke Vancouver Kanada, Amerika Serikat, pada  tahun 1986. Oleh karena kepiawaian para pengrajin tersebut, Kabupaten Bulukumba  dijuluki sebagai Butta Panrita Lopi, yaitu bumi atau tanah para ahli pembuat Perahu  Pinisi.
Pembuatan Perahu Pinisi cukup unik, karena proses pembuatannya memadukan keterampilan  teknis dengan kekuatan magis. Tahap pertama dimulai dengan penentuan hari baik  untuk mencari kayu (bahan baku).  Hari baik untuk mencari kayu biasanya jatuh pada hari ke-5 dan ke-7 pada bulan  yang sedang berjalan. Angka 5 menyimbolkan naparilimai dalle‘na, yang berarti rezeki sudah di tangan, sedangkan angka 7 menyimbolkan natujuangngi dalle‘na, yang berarti selalu mendapat rezeki. Tahap selanjutnya adalah menebang, mengeringkan dan memotong kayu. Kemudian kayu atau bahan baku tersebut dirakit menjadi sebuah perahu dengan  memasang lunas, papan, mendempulnya, dan memasang tiang layar. Tahap terakhir  adalah peluncuran perahu ke laut.
Tiap-tiap  tahap tersebut selalu diadakan upacara-upacara adat tertentu. Sebelum perahu  Pinisi diluncurkan ke laut, terlebih dahulu dilaksanakan upacara maccera lopi (mensucikan perahu) yang ditandai dengan pemyembelihan binatang. Jika Perahu Pinisi itu  berbobot kurang dari 100 ton, maka binatang yang disembelih adalah seekor kambing, dan jika bobotnya lebih dari 100 ton, maka binatang yang disembelih adalah  seekor sapi.

C. Lokasi

Pusat  Kerajinan Perahu Pinisi terletak di Kelurahan Tana Beru, Kecamatan Bontobahari,  Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.

D. Akses

Tana Beru sebagai Pusat Kerajinan Perahu Pinisi terletak sekitar 176 kilometer dari Kota Makassar atau 23 kilometer dari Kota Bulukumba. Perjalanan dari Kota Bulukumba ke Tana Beru dapat ditempuh dengan menggunakan mobil pribadi maupun angkutan umum berupa pete-pete (mobil mikrolet).

E. Harga Tiket Masuk

Pengunjung  yang datang ke Pusat Kerajinan Perahu Pinisi tidak dikenai tiket masuk.

F. Akomodasi dan Fasilitas

Masih dalam proses pengumpulan data

Minggu, 11 Desember 2011

tanjung bira

Pantai Tanjung Bira

Tanjungg Bira — By on September 7, 2009 at 6:01 am
tanjung-bira
Tanjung bira terkenal dengan pantai pasir putihnya yang cantik dan menyenangkan. Airnya jernih, baik untuk tempat berenang dan berjemur. Disini kita dapat menikmati matahari terbit dan terbenam dengan cahayanya yang berkilau nenbersit pada hamparan pasir putih sepanjang puluhan kilometer.
Pantai bira yang sudah terkenal hingga mancanegara, kini sudah ditata secara apik menjadi kawasan wisata yang patutu di andalkan. Berbagai sarana sudah tersedia, seperti perhotelan, restoran, serta sarana telekomunikasi, pantai bira berlokasi sekitar 41 km kearah timur dari kota bulukumba. dengan pelabuhan penyeberangan fery yang menghubungkan daratan Sulawesi Selatan dengan pulau selayar.
tanjung bira
Tanjung Bira merupakan pantai pasir putih  yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan. Pantai ini termasuk pantai yang  bersih, tertata rapi, dan air lautnya jernih. Keindahan dan kenyamanan pantai ini terkenal hingga ke mancanegara. Turis-turis asing dari berbagai negara banyak yang berkunjung ke tempat ini untuk berlibur.
Pantai Tanjung Bira sangat indah dan  memukau dengan pasir putihnya yang lembut seperti tepung terigu. Di lokasi,  para pengunjung dapat berenang, berjemur, diving dan snorkling. Para pengunjung juga dapat menyaksikan  matahari terbit dan terbenam di satu posisi yang sama, serta dapat menikmati  keindahan dua pulau yang ada di depan pantai ini, yaitu Pulau Liukang dan Pulau  Kambing.
Tanjung Bira terletak di daerah ujung paling selatan Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Kecamatan Bonto Bahari,  Kabupaten Bulukumba.
Tanjung Bira terletak sekitar 40 km dari  Kota Bulu Kumba, atau 200 km dari Kota Makassar. Perjalanan dari Kota Makassar  ke Kota Bulukumba dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan umum berupa mobil Kijang, Panther atau Innova dengan tarif sebesar Rp. 35.000,-. Selanjutnya,  dari Kota Bulukumba ke Tanjung Bira dapat ditempuh dengan menggunakan mobil  pete-pete (mikrolet) dengan tarif berkisar antara Rp. 8.000,- sampai – Rp.  10.000,-. Total waktu perjalanan dari Kota Makassar ke Tanjung Bira sekitar 3 –  3,5 jam.
Jika pengunjung berangkat dari Bandara  Hasanuddin, langsung menuju ke terminal Malengkeri (Kota Makassar) dengan  menggunakan taksi yang tarifnya sekitar Rp. 40.000,-. Di terminal ini kemudian naik bus tujuan Bulukumba atau yang langsung ke Tanjung Bira.
Di kawasan wisata Tanjung Bira, angkutan  umum beroperasi hanya sampai sore hari. Jika pengunjung harus kembali ke Kota Makassar pada sore itu juga, di sana  tersedia mobil carteran (sewaan) dengan tarif Rp. 500.000,-.
Biaya tiket masuk ke lokasi Pantai Tanjung  Bira sebesar Rp. 5.000,-.
Kawasan wisata Pantai Tanjung Bira dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti restoran, penginapan, villa, bungalow, dan hotel dengan tarif mulai dari Rp. 100.000,- hingga Rp. 600.000,-  per hari. Di tempat ini juga terdapat persewaan perlengkapan diving dan snorkling dengan tarif Rp. 30.000,-. Bagi pengunjung yang selesai berenang di pantai,  disediakan kamar mandi umum dan air tawar untuk membersihkan pasir dan air laut  yang masih lengket di badan. Bagi pengunjung yang ingin berkeliling di sekitar pantai, tersedia persewaan motor dengan tarif Rp. 65.000,-. Di kawasan pantai  juga terdapat pelabuhan kapal ferry yang siap mengantarkan pengunjung yang ingin berwisata selam ke Pulau Selayar.
Sumber: www.sulsel.go.id
pantai bira